MAKALAH MANAJEMEN PEMBELAJARAN ( PJOK )


 MANAJEMEN  PEMBELAJARAN  YANG  MENYENANGKAN
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA
DAN KESEHATAN ( PJOK )


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagai sebuah profesi, guru dituntut memiliki empat (4) kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional (UU No 14 tahun 2005; Permendiknas No 16 tahun 2007). Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Jadi adalah suatu hal yang ideal apabila keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja seorang guru.
Terkait dengan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik (kompetensi pedagogik) inilah guru berkepentingan untuk melakukan manajemen pembelajaran. Istilah manajemen secara luas dipahami sama dengan istilah pengelolaan, atau pengaturan. Jadi dengan melakukan manajemen pembelajaran pada dasarnya guru melakukan proses pengelolaan atau pengaturan kegiatan pembelajaran untuk para siswa.
Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhaan bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, ketrampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, ketrampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.
Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai ketrampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan hidup sehat. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dapat memberikan berbagai pendekatan agar siswa termotivasi dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran
Untuk memiliki kemampuan mengelola pembelajaran (kompetensi pedagogik) dengan baik, tentu saja guru perlu memahami unsur-unsur penting yang berkaitan dengan manajemen pembelajaran

B.    Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut diatas penulis ingin merumuskan masalah sebagai berikut : “Unsur-unsur penting apa saja yang berkaitan dengan manajemen pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sehingga proses pembelajaran lebih menyenangkan?”.

C.    Tujuan
Sebagai tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui Unsur-unsur penting yang berkaitan dengan manajemen pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK), sehingga proses pembelajaran lebih menyenangkan
Sedangkan sebahgai tujuan khusus gdari penyusunan makalah ini adalah sebagai bentuk penyelesaian tugas pada mata kuliah Manajemen Penjas

D.    Manfaat
Karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
-    Guru Pendidikan Jasmani, agar dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) guru memiliki keterampilan mengelola pembelajaran dengan baik, sehingga prosesnya dapat berjalan dengan efektif, efisien sekaligus menyenangkan bagi peserta didik yang mengikutinya
-    Siswa, Sehingga memperoleh situasi dan pengalaman pembelajaran yang lebih konkret, bermakna serta menyenangkan.
-    Penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman dalam penulisan karya tulis.









BAB II
KAJIAN TEORITIS
TENTANG MANAJEMEN PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN

A.    Pengertian Manajemen Pembelajaran
Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno “ménagement”, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia “maneggiare” yang berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin “manus” yang berati “tangan”. Kata ini lalu terpengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen dapat dikatakan sebagai tugas-tugas yang harus dilakukan oleh seorang manajer. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengevaluasian.
Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
Fungsi kedua adalah pengorganisasian atau organizing. Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatankegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil. Pengarahan atau directing adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).
Pengevaluasian atau evaluating dalah proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar.
elajar menurut Gagne dalam Dahar (1989) dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu oganisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang sedang belajar (Diknas, 2004) Dari konsep belajar muncul istilah pembelajaran. Degeng dalam Wena (2009) mengartikan pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa. Gagne dan Briggs mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kondisi, peristiwa, kejadian, dsb ) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajar, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung mudah (Diknas, 2004) Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kegiatan yang dilakukan guru, seperti halnya dengan konsep mengajar. Pembelajaran mencakup semua kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belejar manusia. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide maupun kombinasi dari bahan –bahan itu. Bahkan saat ini berkembang pembelajaran dengan pemanfaatan berbagai program komputer untuk pembelajaran atau dikenal dengan e –learning.
Berpijak dari konsep manajemen dan pembelajaran, maka konsep manajemen pembelajaran dapat diartikan proses mengelola yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian (pengarahan) dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan proses membelajarkan si pebelajar dengan mengikutsertakan berbagai faktor di dalamnya guna mencapai tujuan. Dalam “memanaje” atau mengelola pembelajaran, manajer dalam hal ini guru melaksanakan berbagai langkah kegiatan mulai dari merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran, mengarahkandan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan. Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan secara luas dalam arti mencakup keseluruhan kegiatan bagaimana membelajarkan siswa mulai dari perencanaan pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran.
Pendapat lain menyatakan bahwa manajemen pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran yaitu strategi pengelolaan pembelajaran (Made Wena, 2009). Manajemen pembelajaran termasuk salah satu dari manajemen implementasi kurikulum berbasis kompetensi (Diknas, 2004) Manajemen yang lain adalah manajemen sumber daya manusia, manajemen fasilitas, dan manajemen penilaian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal menajemen pembelajaran sebagai berikut; jadwal kegiatan guru-siswa; strategi pembelajaran; pengelolaan bahan praktik; pengelolaan alat bantu; pembelajaran ber-tim; program remidi dan pengayaan; dan peningkatan kualitas pembelajaran. Pengertian manajemen di atas hanya berkaitan dengan kegiatan yang terjadi selama proses interaksi guru dengan siswa baik di luar kelas maupun di dalam kelas. Pengertian ini bisa dikatakan sebagai konsep manajemen pembelajaran dalam pengertian sempit.
Dengan berpijak dari beberapa pernyataan di atas, kita dapat membedakan konsep manajemen pembelajaran dalam arti luas dan dalam arti sempit. Manajemen pembelajaran dalam arti luas berisi proses kegiatan mengelola bagaimana membelajarkan si pembelajar dengan kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian dan penilaian. Sedang manajemen pembelajaran dalam arti sempit diartikansebagai kegiatan yang perlu dikelola oleh guru selama terjadinya proses interaksinya dengan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya dalam makalah ini yang dimaksudkan manajemen pembelajaran adalah manajemen pembelajaran dalam arti luas. Kegiatan mengelola pembelajaran mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian dan penilaian perlu dilakukan oleh manajer (guru) dengan maksud agar mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Seorang guru PKn penting sekali untuk memahami dan berikutnya mampu melaksanakan manajemen pembelajaran secara benar pada mata pelajaran PKn di sekolah. Manajemen pembelajaran dapat diartikan secara luas dan secara sempit.
pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan tetapi memiliki fungsi yang sama. Pengelolaan penekanannya pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran. Sementara pembelajaraan (instruction) penekanannya pada aspek mengelola atau memproses materi pembelajaran. Dan keduanya men capai tujuan yang sama yaitu tujuan pembelajaran.

B.    Pembelajaran Yang Menyenangkan
Sebelun membahas lebih jauh, mungkin bagi seorang guru sudah tidak asing lagi ketika mendengar tentang pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang lebih populer dengan sebutan PAKEM. Setiap guru, dalam melaksanakan pembelajaran diharapkan selalu menerapkan pendekatan PAKEM. Pengertiannya bahwa setiap pembelajaran harus berjalan lebih menunjukkan aktivitas siswa (baik fisik maupun mental), sehingga memberikan kesempatan lebih besar berkembangnya daya kreativitas, berhasil guna dan tentu saja berlangsung dalam suasana yang menyenangkan.
Menurut pendapat para ahli keberhasilan PAKEM terletak pada kata ‘menyenangkan’. Menyenangkan hendaknya dijadikan kunci utama dalam menerapkan PAKEM. Artinya, suasana menyenangkan itu seharusnya sudah dibangkitkan sejak awal pembelajaran. Dave Meier, dalam bukunya yang berjudul The Accelerated Learning Handbook menuliskan; “Menyenangkan atau membuat suasana belajar dalam keadaan gembira bukan berarti membuat suasana ribut atau hura-hura. Ini tidak ada hubungan dengan kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Kegembiraan disini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari), dan nilai yang membahagiakan dalam diri siswa.” Bahkan pada kalimat berikutnya Meier menegaskan bahwa penciptaan kegembiraan jauh lebih penting daripada segala teknik metode maupun media yang digunakan.
Pendapat lain mejelaskan bahwa seorang tenaga pendidik “guru”  harus dapat menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa merasa enjoy dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan harapannya bisa mencapai prestasi belajar yang optimal (Walberg & Greenberg, 1977)

BAB III
MANAJEMEN EMBELAJARAN PENJAS
YANG MEYENAGKAN

A.    Manajemen Pembelajaran Penjas
Manajemen pembelajaran dalam pengertian luas adalah keseluruhan kegiatan mengelola proses membelajarkan siswa sebagai pebelajar oleh guru melalui tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengendalian denganmaksud mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Manajemen pembelajaran dalam pengertian sempit adalah kegiatan mengelola interaksi guru dengan siswa yang terjadi pada saat pelaksanaan pembelajaran.
Manajemen pembelajaran yang efektif dapat terwujud dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :
1.    Menetapkan aturan kelas (class routine)
Siswa yang memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu yang diperoleh dari pengalaman hidup sebelumnya yang memungkinkan adanya kebiasaan tidak baik, jadi sebagai guru saya perlu mengarahkan dan membimbing murid saya untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik yaitu diantaranya menetapkan aturan kelas saat pertemuan awal kali masuk pada proses pembelajaran yang dilakukan. Yaitu seperti waktu awal pertama masuk saya melakukan perjanjian kepada murid-murid saya yang sekiranya semua setuju dan senang sesuai dengan kesepakatan bersama dan perjanjian tersebut tidak boleh di langgar. Perjanjian tersebut seperti jam di mulainya pelajaran, harus tepat waktu, jika telat akan di hukum. Dan aturan-aturan ini diberikan pada awal pertemuan.
2.    Memulai kegiatan tepat waktu (getting started)
Kegiatan harus mulai tepat waktu sesuai perjanjian awal yang dah disepakati bersama sebelumya murid-murid harus ada di tempat. Setelah berkumpul semua murid harus cepat di bariskan dan melakukan do’a. setelah itu saya segera memberikan stretching dan melakukan kegiatan secara tepat waktu agar pembelajaran berlangsung secara efektif.
3.    Mengatur pelajaran (managing the lesson)
Setelah stretching selesai saya segera memberikan sedikit penjelasan tentang yang akan di praktekkan. Sedikit saja dalam memberikan penjelasan karena olahraga butuh praktek dan bergerak. Misal memberikan teori dribble bola basket. Diberikan pengarahan terlebih dahulu, kemudian murid disuruh mempraktekkan langsung sambil saya dampingi, yang melakukan dribble terlebih dahulu separo kelas dulu dan bergantian. Dan masing-masing anak harus melakukan dribble mengelilingi lapangan bola basket sebanyak 3x.
4.    Mengelompokkan siswa (grouping the student)
Sebagai guru saya harus mengelompokkan siswa-siswa sama rata. Setelah itu dari salah satu kelompok harus ada yang menjadi ketuanya, sehingga ketua harus bertanggung jawab terhadap anggota kelompoknya. Setelah dibagi kelompok alat dibagikan kepada masing-masing kelompok, sebelumnya harus melihat alat-alat apa saja yang tersedia dan memilih jenis materi atau permainan juga terlebih dahulu melihat alat yang tersedia. Dalam satu kelas ada 40 siswa bola ada 20 buah, satu kelas dibagi 10 kelompok, setiap kelompok ada 4 siswa dan masing-masing kelompok terdapat satu ketua kelompok.
5.    Memanfaatkan ruang atau lapangan dan peralatan (utilizing space and equiqment)
Dalam pembelajaran bola basket saya membagi kelompok menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa. Setiap kelompok harus berlomba mendribble bola dari daerah satu ke daerah lain jika yang datang lebih akhir kelompok tersebut akan mendapatkan hukuman push up 5x.
6.    Mengakhiri pelajaran (ending lesson)
Setelah jam pelajaran akan berakhir kurang 15 menit saya memberikan evaluasi tentang apa yang tadi saya berikan. Tidak perlu lama-lama cukup 5 menit saja, 10 menit sisanya memberikan waktu buat siswa saya untuk ganti baju istirahat.

B.    Pengelolaan Pembelajaran
Untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran, maka unsur-unsur pengelolaan pembelajaran meliputi dua tindakan yaitu:
1.    Model tindakan
a.    Preventif; yaitu upaya sedini mungkin yang dilakukan oleh guru untuk mencegah terjadinya gangguan dalam pembelajaraan.
•    Tanggap /peka, yaitu kemampuan guru merespon terhadap prilaku atau aktifitas yang dianggap akan mengganggu pembelajaraan.
•    perhatiaan, selalu mencurahkan perhatian pada berbagai aktivitas, lingkungan maupun segala sesuatu yang muncul.
b.    Refresif,kemampuan guru untuk mengatasi, mencari dan menemukan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam lingkungan pembelajaraan.
c.    Modifikasi tingkah laku.
•    Modifikasi tingkah laku,yaitu bahwa tingkah laku dapat diamati
•    Pengelolaan kelompok, yaitu untuk menangani permasalahan hendaknya dilakukan secara kolaborasi dan mengikutsertakan berbagai komponen atau unsure yang terkait.
•    Diagnosis, yaitu suatu keterampilan untuk mencari unsure-unsur yang akan menjadi penyebab gangguan maupun unsure-unsur yang akan menjadi kekuatan bagi peningkatan proses pembelajaraan.
2.    Peran guru
a.    Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.
b.    Membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkah lakunya dengan tata tertib kelas.
c.    Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta tingkahlaku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
3.    Hal-hal yang harus dihindari
b.    Campur tangan yang berlebihan
c.    Kesenyapan
d.    Ketidak tepatan
e.    Penyimpangan
f.    bertele-tele.

C.    Teknik Pembelajaran Yang Menyenangkan
Keberhasilan suatu pendidikan salah satunya ditentukan oleh bagaimana proses belajar mengajar itu berlangsung. Selain itu proses interaksi belajar pada prinsipnya tergantung pada guru dan siswa. Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif. Sedangkan siswa dituntut adanya semangat dan dorongan untuk aktif dalam proses balajar mengajar. Sehingga keberhasialan belajar dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik dapat tercapai
Sebagaimana pendapat Meier yang mengatakan bahwa “penciptaan kegembiraan jauh lebih penting daripada segala teknik metode maupun media yang digunakan” kita temukan beberapa komponen pembangun suasana yang menyenangkan. Komponen-komponen tersebut adalah (1) bangkitnya minat, (2) adanya keterlibatan penuh, (3) terciptanya makna, (4) adanya pemahaman atau penguasaan materi. (5) adanya nilai yang membahagiakan
Untuk lebih memahami hal-hal penting berkaitan dengan pembelajaran yang menyenangkan berikut komponen-komponen pembangun suasana menyenangkan tersebut.
1.     Bangkitnya minat.
Seperti kita ketahui, minat adalah sesuatu yang berhubungan dengan kehendak atau keinginan hati. Minat juga sering dipadankan dengan gairah atau keinginan yang kuat. Sekarang cobalah Anda hubungkan antara ‘bangkitnya minat’ ini dengan ‘kegembiraan’. Jika sejak awal dalam diri siswa telah bangkit minat atau gairah untuk mempelajari sesuatu, niscaya kegiatan belajar tersebut akan menyenangkan bagi siswa tersebut. Jadi hubungan antara minat atau gairah dengan menyenangkan sangat erat dan saling mempengaruhi. Jika minat belajar telah tumbuh, maka pembelajaran akan menjadi menimbulkan gairah dan suasananya akan semakin menyenangkan. Suasana menyenangkan yang terpelihara sepanjang proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap gairah belajar selama pembelajaran berlangsung.

2.    Adanya keterlibatan penuh.
Komponen ini dependen terhadap komponen pertama. Maksud saya, seorang siswa tidak mungkin akan terlibat secara sepenuh hati dalam pembelajaran jika didalam diri siswa tidak ada gairah atau minat yang kuat untuk mengikuti pelajaran. Dengan demikian harus ditumbuhkan hubungan yang kuat antara yang akan belajar dengan apa yang akan dipelajari. Agar siswa bergairah dan terlibat secara penuh dalam pembelajaran, guru sangat perlu menyampaikan tujuan pembelajaran dengan rinci dan jelas pada awal pembelajaran. Sampaikan pada para siswa bahwa apa yang akan dipelajari adalah sesuatu yang sangat penting, mudah dan akan dipelajari dengan cara yang menyenangkan. Penyampaian tujuan, penjelasan apa-apa yang akan dilakukan dalam mempelajari materi sangat perlu disampaikan pada para siswa agar secara psikologis siswa mempersiapkan mentalnya.

3.    Terciptanya makna.
Pengertian makna disini bukan dalam konteks umum yang sering dipadankan dengan kata ‘arti’. Makna tidak mudah untuk didefinisikan karena berkaitan erat dengan masing-masing pribadi dan kadang-kadang muncul sangat kuat dalam konteks yang personal. Dalam konteks pembelajaran PAKEM, kata ‘makna’ lebih dekat dengan pengertian ‘kesan’. Maksudnya, bahwa pembelajaran yang bermakna itu adalah pembelajaran yang dapat menghadirkan sesuatu yang mengesankan. Dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa pembelajaran yang tidak mampu meberikan kesan yang mendalam tidak mungkin akan bermakna. Untuk menhadirkan makna, pembelajaran harus mengesankan. Selanjutnya, agar pembelajaran dapat mengesankan maka pembelajaran itu harus dalam suasana yang menyenangkan. Karena ‘makna’ sering kali muncul dalam konteks yang sangat personal, maka guru harus benar-benar mengerti dan menghargai perbedaan individu setiap siswa-siswanya.

4.    Pemahaman atau penguasaan materi.
Ketika minat atau gairah belajar siswa tumbuh, kemudian ia terlibat secara penuh dalam mempelajari materi-materi pelajaran, dan selanjutnya ia terkesan dengan apa yang dipelajari, maka pemahaman atas apa yang dipelajari akan tertanam kuat. Penguasaan materi akan tertanam sangat kuat apabila siswa berminat, terlibat dan terkesan. Dengan melihat hubungan komponen pertama, kedua dan ketiga yang kemudian melahirkan komponen keempat, menurut saya sudah mampu menjawab keragu-raguan kita atas hasil belajar dalam pembelajaran pakem. Hubungan keempat komponen tersebut menjadi sangat logis dan meyakinkan.

5.    Nilai yang membahagiakan.
Membahagiakan artinya membuat hati merasa tenteram. Hati yang tenteram adalah yang bebas dari rasa takut, rasa tertekan dan jauh dari perasaan terancam. Berkaitan dengan belajar, bahagia adalah keadaan terbebas dari tekanan, ketakutan dan ancaman. Perasaan takut, tertekan, dan terancam tidak akan muncul dan menghantui perasaan siswa jika pembelajaran berjalan dalam suasana yang menyenangkan. Ketiga perasaan tersebut (takut, tertekan, dan terancam) hanya akan menjadi kendala bagi munculnya minat belajar. Rasa bahagia pada diri siswa antara lain dapat muncul karena ia memperoleh makna dari mempelajari sesuatu. Dirinya menjadi merasa berharga, mampu tumbuh dan berkembang dan berbeda dari sebelumnya. Ketika seorang siswa mampu memecahkan persoalan dalam proses belajarnya dalam dirinya akan tumbuh rasa bangga dan percaya diri. Perasaan bangga dan percaya diri ini akan menyadarkan siswa tersebut bahwa dirinya memiliki potensi sebagaimana orang lain. Dengan demikian, dalam rangka membantu siswa memperoleh nilai yang membahagiakan dalam proses pembelajaran, guru harus berusaha terus-menerus membantu menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri pada setiap siswanya.

BAB IV
KESIMPULAN

Pembelajaran adalah membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses sehingga mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru.  Menyenangkan dimaksudkakn agar guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatian secara penuh.
Pembelajaran yang Menyenangkan merupakan usaha membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, melalui penciptaan kegiatan belajar yang beragam dan mengkondisikan suasana belajar sehingga mampu memberikan pelayanan pada berbagai tingkat kemampuan dan gaya belajar siswa, serta siswa lebih terpusat perhatiannya secara penuh.
Suasana belajar perlu dirancang dengan baik oleh guru agar dalam pembelajaran tumbuh minat belajar siswa. Penciptaansuasana belajar merupakan langkah awal bagi guru untuk memfasilitasi siswa-siswanya untuk belajar. Suasana belajar yang kondusif memungkinkan imajinasi dan kreativitas siswa berkembang.
Latar belakang siswa yang beragam dapat merupakan masukan yang baik dalam kelas bila dikelola secara benar. Pengelolaan siswa berdasar kelompok keterampilan berfikir, keterampilanbertindak, dan keterampilan lainnya dirancang oleh guru dalam pengelolaan kelas.
Perencanaan pembelajaran, penilaian, dan pengelolaan pembelajaran sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.
Sedangkan sebagai unsur-unsur pembangun atas tercapainya manajemen pembelajaran tersebut adalah model tindakan, peran aktif guru dan menghindari hal-hal yang di anggap kurang perlu dilakukan dalam mengelola pembelajaran khususnya pada pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan kesehatan (PJOK).

DAFTAR PUSTAKA

Syarifudin. 1998. Pokok-Pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdikbud

Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Sebuah Pendekatan Baru Dalam Pengelolaan Sekolah untuk Peningkatan Mutu. Jakarta : Depdikbud

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta : Depdiknas

Suherman, Adang. 2001. Asesmen Balajar dalam Pendidikan Jasmani Evaluasi Alternatif untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta : Depdiknas



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat, sehingga penulisan Makalah yang berjudul “Manajemen  Pembelajaran  Yang Menyenangkan Pada Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan (PJOK).” Dapat terselesaikan.
Makalah ini merupakan hasil pengamatan penulis terkait unsur-unsur penting yang berkenaan dengan pengelolaan proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) dan semoga dapat menjadi masukan bagi rekan-rekan tenaga pendidik dalam menerapkan pembelajaran bagi siswa di sekolah masing-masing.
Penulisan Makalah ini dapat terselesaikan juga karena bantuan dari banyak pihak, karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Yahya Amir, M.Pd Dosen mata kuliah Manajemen Penjas dan Olahraga
2. Suami beserta keluarga tercinta
3. Rekan-rekan satu perjuangan
Penulis menyadari bahwa penulisan Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran serta kritik dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini sangat penulis harapkan. Semoga semua bantuan dan saran yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT, Amin…






Majalengka, 24 Desember 2010
Penulis



............................................   


ABSTRAKSI

Sugianto Prawira : MANAJEMEN  PEMBELAJARAN  YANG MENYENANGKAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN ( PJOK )
Karya tulis ini merupakan bentuk penyelesaian tugas akhir pada salah satu mata kuliah Manajemen Penjas di Universitas Majalengka
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang bersifat menetap melalui serangkaian pengalaman. Belajar tidak sekadar berhubungan dengan buku-buku yang merupakan salah satu sarana belajar, melainkan berkaitan pula dengan interaksi anak dengan lingkungannya, yaitu pengalaman. Hal yang penting dalam belajar adalah perubahan perilaku, dan itu menjadi target dari belajar.
Ketika di rumah biasanya anak tidak langsung menurut bila disuruh belajar, tapi berusaha menghindar dengan berbagai alasan. Mereka lebih tertarik untuk bermain atau menonton televisi atau mengikuti berbagai kegiatan lain daripada harus belajar. Bukan hanya ini saja kesulitan yang dihadapi orangtua. Begitupun siswa di sekolah, mereke cenderung lebih suka bermain daripada belajar
Selain pengamatan umum tentang ketidaksukaan anak terhadap kegiatan belajar ini, ada pula dukungan survai yang dilakukan oleh Tony Buzan. Tiga puluh tahun lamanya ia melakukan penelitian yang berkaitan dengan asosiasi seseorang terhadap kata "belajar". Waktu ditanyakan kepada responden kesan apa yang muncul dalam pikiran mereka saat mendengar kata "pendidikan" atau "belajar", jawabannya adalah "membosankan", "ujian", "pekerjaan rumah", "buang-buang waktu", "hukuman", tidak relevan", "tahanan", 'idih'....., "benci dan takut".
Mengingat kenyataan yang demikian bagaimana seorang pendidik “guru”  dapat menghilagkan paradigma yang demikian sehingga peserta didik tidak lagi memandang pendidikan sebagai paksaan, melainkan kegiatan yang menyenangkan.
Dari pernyataan diatas maka jelas anak “peserta didik” akan sulit menerima materi apabila dalam tekanan, disinilah seorang pendidik “guru” di tuntut untuk mendapatkan model yang tepat dalam mengelola proses pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan baik, sempurna, efektif, efisien dan menyenangkan bagi peserta didik  yang mengikutinya.
Dapat disimpulkan bahwa belajar dapat menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan bagi peserta didik apabila prosesnya di laksanakan dengan cara-cara yang baik, efektif, efisien dan menyenangkan.









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR  ...……..…………………………………………………………     i
DAFTAR ISI    ………………………………………....…………………………………    ii
ABSTRAK  ……………………………………………………………………………...    iii

BAB  I    PENDAHULUAN  ……………………………………………………………    1
A.     Latar Belakang  ..……………………………..……………………………    1
B.    Rumusan Masalah  .....……………….………….…………………………    2
C.    Tujuan  ……………………..……………………….……………………..    2
D.    Manfaat  …………………………………….….…………….……………    2

BAB II    KAJIAN TEORITIS  …………………………………………………………    3
A.    Pengertian Manajemen Pembelajaran  ……………………………………    3
B.    Pembelajaran yang menyenangkan  ………………………………………    6

BAB III  MANAJEMEN PEMBELAJARAN
    PENJAS YANG MENYENANGKAN ……………………………………....    8
A. Manajemen Pembelajaran Penjas  ………………………………..……….    8
B. Pengelolaan Pembelajaran  ………………………..……………………….    9
C. Teknik Pembelajaran Yang Menyenangkan  ……………………..……….    10

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN  ………………………………………………    14

DAFTAR PUSTAKA  …………………………………………………………………..    15

1 komentar:

ZAKARIA SABIL mengatakan...

bagus dan sangat bermanfaat

Posting Komentar